Tempat Pembuangan Akhir Sampah : Pengertian, Dampak dan Metode Pengelolaan Sampah
Pengertian
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah.
![]() |
TPA Cipayung |
TPA dapat berbentuk tempat pembuangan dalam (di mana pembuang sampah membawa sampah di tempat produksi) begitu pun tempat yang digunakan oleh produsen. Dahulu, TPA merupakan cara paling umum untuk limbah buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat di dunia.
Dampak Keberadaan TPA
Sejumlah dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut bisa beragam, antara lain:
- Kerusakan infrastruktur (misalnya, kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat)
- Pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA)
- Pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan dapat membahayakan penduduk suatu tempat);
- Melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan lalat, khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia Ketiga, jelas pada margasatwa dan gangguan sederhana (misalnya, debu, bau busuk, kutu, atau polusi suara).
Metode Pengelolaan Sampah di TPA
Tempat pembuangan akhir (TPA) adalah suatu tempat yang menampung sampah dari berbagai tempat pembuangan sementara (TPS) maupun dari bak sampah atau tong, dengan tujuan akan mengurangi permasalahan kapasitas atau timbunan sampah yang ada di masyarakat. Ada beberapa metode pengelolaan sampah di TPA. Metode pengelolaan sampah terbagi atas beberapa kategori, yaitu:
- Open dumping
- Control landfill
- Sanitary landfill
Open Dumping
Open dumping (pembuangan terbuka) adalah cara pembuangan sampah secara sederhana. Sampah hanya dibuang begitu saja di suatu tempat dan dibiarkan terbuka tanpa pengamanan. Setelah lokasi tersebut penuh, maka langsung ditinggalkan. Masih terdapat beberapa pemerintah daerah yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya manusia dan dana. Cara ini tidak lagi direkomendasikan karena banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya, di antaranya:
- Perkembangan binatang perantara penyakit, seperti lalat dan tikus
- Polusi udara oleh bau busuk dan gas yang dihasilkan
- Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul
- Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor akibat sampah
![]() |
Open Dumping |
Metode control landfill lebih maju dibandingkan metode open dumping. Secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam pelaksanaannya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA. Metode control landfill baik untuk diterapkan di kota sedang dan kota kecil. Agar dapat melaksanakan metode ini dengan maksimal, diperlukan penyediaan beberapa fasilitas sebagai berikut:
- Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan
- Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan
- Pos pengendalian operasional
- Fasilitas pengendalian gas metan
- Alat berat
Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pengolahan sampah menggunakan area tanah yang terbuka dan luas. Caranya adalah dengan membuat lubang, kemudian sampah dimasukkan ke lubang tersebut, dan terakhir sampah ditimbun dan dipadatkan. Pada metode ini, di atas timbunan sampah ditimbun sampah lagi hingga beberapa lapisan. Setelah itu, timbunan sampah ditutup dengan tanah setebal 60 cm atau lebih.
![]() |
Sanitary Landfill |
Baca juga : Pengelolaan Sampah dan IPAL
Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan
Posting Komentar untuk "Tempat Pembuangan Akhir Sampah : Pengertian, Dampak dan Metode Pengelolaan Sampah"